Dawai Getir

sepi pagi menyapa hati

apakah aku telah rugi kemarin?

akankah aku mampu pahami hari ini?

berjalan dengan detik-detik hampa yang terisi kekosongan

batin menggeram meminta keributan

dihujat sepi, dilanda dusta, disiksa bimbang

lewat lorong lorong iman aku berteduh

Tuhan… beri aku suara, beri aku tangis

aku ingin menjerit!

memecah kosong dan hampa ini

menampar mereka mereka yang berucap lirih, menatap iba penuh caci

tapi diam tak berkata yang aku jadi

kuyakini rugi yang ribuan kali

Loyalty (Kesetiaan)

Kali ini aku membahas tentang sebuah kesetiaan. Kata ini sudah terlalu sering kita dengar maupun kita terapkan dalam hidup. Dalam dunia kerja ada kesetiaan antara bawahan dan atasan. Dalam organisasi ada kesetiaan anggota terhadap ketua dan organisasi yang dijalani-nya. Dalam keluarga ada kesetiaan seorang ibu yang ikhlas menjaga anak-anaknya. Kesetiaan seorang sahabat, bahkan kesetiaan tukang bakso terhadap gerobak baksonya yang tidak pernah bosan menjajakan bakso jualannya setiap hari demi menghidupi keluarganya. But at this time, I wanna share another story of  Loyalty…

–Sometimes we deserve to love someone completely but sometimes we can hate someone deeply–

And this happened,,

Saat kamu jatuh cinta dan mulai menyayangi seseorang, -you’ll absolutely sure that this guy is a good guy that God have sent to you- You praise him, you do all the best for him, even you desire to change for him. The only one you think is HIM. Sorry for that Caps Lock On but it really happened, right??

Ada sebuah keluarga. Keluarga ini tidak terbilang kecil namun juga tidak begitu besar. Ada ayah-ibu, paman-bibi, om-tante, kakek-nenek, eyang putri-eyang kakung, anak-keponakan, kakak-adik, sepupu dan cucu. Semua berkumpul dan terlihat bahagia. Hidup rukun dan damai adalah yang mereka rasakan. Bahagia itu lah keluarga kami. Tolong menolong menjadi sebuah kewajiban di keluarga ini. Sampai menjadi sebuah keharusan jika memiliki rezeki yang lebih, keluarga inilah yang diutamakan untuk ikut merasakan juga rezeki itu.

But, something’s going wrong,,

One day, perempuan dari keluarga menemukan seorang laki-laki yang dibanggakannya merusak nilai kesetiaan di keluarga itu. He went to other place that he belive more comfortable than ours. He made a half of family sad and disappoint. So, she hated him. Then she lost her first man. A few years went by and she found out another man. Tapi bedanya, laki-laki ini adalah orang yang paling dekat dengannya. Ia kecewa dan marah mengetahui laki-laki yang disayanginya pergi bersenang-senang dengan wanita lain. Hal ini membuat perasaan perempuan itu hancur karena kehilangan laki-laki keduanya. And now, she things everything is okay. But she miss something. Diam-diam ternyata perempuan itu kembali kehilangan laki-laki ketiganya. Perempuan itu baru sadar ketika laki-laki ketiganya datang bersama perempuan lain. Laki-laki itu secara terang-terangan menyatakan, dia lebih memilih bersama perempuan lain. Sudah pasti ia telah kehilangan laki-laki ketiganya dan tidak bisa berbuat apa-apa. She lose three man who she love deeply. Harapannya kini hanya pada laki-lakinya saat ini. Berharap laki-laki itu tidak mengulang kejadian yang sama dan menghancurkannya.

Cerita ini tentang: Dimana kesetiaan seorang laki-laki untuk menjaga nama baik keluarga nya? Kesetiaan seorang suami/ayah sebagai penjaga dan pelindung bagi istri dan anak nya? Kesetiaan seorang  menjadi imam dan panutan di keluarga nya? Kesetiaan Kakek, Ayah, dan Pamannya.

 

 

Karena sesungguhnya, ini MASA nya kita..

My Sunshine!

Jakarta 17 April 2015. Dibawah langit Jakarta yang sangat cerah. Menyusuri jalanan Ibu kota yang ramai lancar. Sampailah aku disebuah gedung disudut daerah yang bernama Halimun. Gedung D Universitas Negeri Jakarta, kampus Psikologi. Walaupun sedikit terlambat untuk tiba ditempat ini, namun itu tak mengurangi semangatku untuk mendapatkan perlajaran-pelajaran berharga disini.

Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta tahun 2015, atau yang sering disingkat dengan PKM UNJ 2015. Kegiatan pengkaderan untuk mahasiswa UNJ yang diadakan oleh BEM UNJ. Yang pada tahuhn ini mengusung tema “Leading The Change”. Tema yang menurutku sangat pantas untuk kegiatan pengkaderan setingkat universitas seperti ini. Mengapa? karena kegiatan pengkaderan ini tidak lagi setingkat jurusan ataupun fakultas, yang mayoritas tujuannya untuk membentuk kader penerus di Jurusannya ataupun di Fakultasnya. PKM UNJ ini mempersiapkan dan membentuk pemimpin-pemimpin perubahan yang siap untuk merubah Negeri ini.

PKMU 1, 17 April 2015 bertempat di Gedung D UNJ. berlangsung dari jam 13.00 WIB…

View original post 793 more words

Menjelang Kematian, Pahamkanlah Umur Anda di Dunia Ada Batasnya

Firman Allah SWT:

ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺁﺋِﻘَﺔُ ﭐﻟْﻤَﻮْﺕِ ﺛُﻢَّ ﺇِﻟَﻴْﻨَﺎ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ

“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. (QS. Al Ankabuut:57)

Kesunyian malam ini benar-benar mencekam. Hembusan hawa dinginnya bagaikan dinginnya hujan es yang jatuh dari langit. Senandung udara malam dirasakan sangat menusuk tulang seorang pengembara dari Negeri Syam. Ingin sekali ia merintih, tetapi malam ini begitu sunyi. Tidak ada sanak ataupun saudara di sekelilingnya, bahkan seekor binatang malampun tidak terdengar lololangannya. Kemana lagi ia merintih dikesendirian malam ini.

Sakit ini sudah lama sekali dirasakannya. Tetapi malam ini rasanya tidak seperti biasanya. Sakitnya dirasakan semakin parah. Kemudian si pengembara itu melantunkan sebuah syair dikeheningan malam itu,

“ Manusia tidak lebih dari seonggok daging. mati, tidak bernyawa, dan dapat membusuk. Hanya karena kehendak Allah-lah ia bisa hidup dan berjalan dimuka bumi ini. Tetapi kebanyakan manusia tidak sadar akan dirinya sendiri, manusia berjalan dengan sombongnya dimuka bumi ini, ia berbuat kerusakan, ia berbuat aniaya, dan ia tetap tidak sadar siapakah dirinya itu. Tidakkah ia ingat bahwa dia sebenarnya hanyalah seonggok daging yang dapat membusuk ?. Yang tidak mempunyai arti apa-apa didunia ini. Manusia itu baru akan sadar jika ia sudah berada ditempat yang jauh dari sanak-saudara, jauh dari teman, jauh dari peradaban manusia. Disuatu tempat yang sepi, hanya terdapat dia yang sedang sekarat dan Penciptanya, lalu ia menyongsong maut dengan kesunyian yang mencekam … Aduhai, betapa menyesalnya aku ……”.

Setelah melantunkan syair itu, sipengembara lalu pingsan, pingsan dalam keadaan hampir mati. Beberapa saat kemudian diantara sadar dan tidak, dengan derita sakaratul maut yang berat, datanglah sekelompok setan yang datang menyerupai manusia. Setan itu berkata,

“Wahai manusia, berbahagialah engkau dihari ini, aku membawakanmu hidangan yang lezat dan minuman yang sangat segar yang dapat menghilangkan rasa sakitmu. Karena itu ikutlah kamu denganku …..”.

Setan itu terus saja melantunkan lagu-lagu dengan lembutnya, hingga dirasakan sangat mempengaruhi jiwa sang pengembara. Dilihatnya setan itu dengan membawa air yang sangat menyejukkan dan makanan yang sangat enak, ingin sekali ia meraihnya dan ingin sekali ia memakannya.

Disaat-saat yang mencekam ini, datanglah gurunya yang telah lama tiada. Dengan berjubah putih-putih, gurunya itu datang kehadapannya dengan senyuman yang menyejukkan,

“Wahai muridku, tidakkah engkau ingat dengan ajaranku. Disaat-saat sakaratul maut yang sangat berat, jangan sekali-kali engkau memilih untuk menyenangkan nafsumu saja. Janganlah engkau memilih memakan makanan yang diberikan setan itu dan janganlah pula engkau meminumnya, walaupun engkau sangat membutuhkannya. Tidakkah engkau ingat dengan puasa yang sering engkau lakukan …, tidakkah engkau ingat dengan kepayahanmu tiap malam untuk mengerjakan sholat tahajjud …, dan tidakkah engkau ingat bahwa Neraka itu dikelilingi dengan segala sesuatu yang menyenangkan nafsu ?. Apakah disaat engkau akan menjemput ajal, engkau melupakan segalanya ?. Ingatlah, setan-setan itu tidak akan pernah suka, seorang manusia mati dengan mendapat keridhoan dari Allah SWT. Ingatlah pula, segala kenikmatan yang dipamerkan menjelang ajal adalah dari setan. Jika engkau meminum minuman itu dan memakan makanannya, maka berarti engkau akan menjadi pengikutnya, dan akan mendiami Neraka bersamanya. Ingatlah muridku, janganlah engkau hapus amal ibadahmu disaat-saat engkau sangat membutuhkan pertolongan-Nya, janganlah engkau terperdaya oleh setan yang sesat lagi menyesatkan. Hati-hatilah engkau dengan musuhmu yang telah nyata ”.

Sang pengembara menjadi ragu-ragu. Disaat-saat yang dirasakannya sangat berat, ia merasa sangat dahaga, yang belum pernah ia merasakan sedahaga ini. Tenggorokannya dirasakan sangat kering, kering yang sangat membutuhkan kesejukan. Dan kesejukan itu sudah berada dihadapannya. Tetapi mengapa gurunya melarangnya untuk mengambil kesejukan itu ?. Hatinya sangat bimbang, dan seluruh tubuhnya dirasakan sangat sakit.

Di saat-saat seperti ini ia ingat akan dosa-dosanya yang menumpuk tidak karuan. Banyak sekali manusia yang ia zholimi dan ia juga teringat akan dosa-dosanya terhadap Penciptanya yang telah memberikan banyak rizki kepadanya. Ia merasa sangat takut. Takut sekali, tidak pernah ia merasa setakut ini. Tetapi tiba- tiba ia teringat akan silaturahim yang ia lakukan. Ia bersilaturrahim dengan semua orang yang ia zholimi dan meminta maaf terhadap semua kesalahannya. Hal ini sedikit menenangkan hatinya.

Sang pengembara menangis tersedu-sedu, jika mengingat semua dosa yang dilakukannya selama ia hidup didunia ini. Ia merasa malu sekali, sebagai seorang hamba yang telah diberi-Nya banyak kenikmatan, tetapi ia malah seringkali mengingkarinya. Ia merasa sangat bersalah terhadap Penciptanya. Dan ia sangat takut jika Allah murka kepadanya. Bibirnya yang terasa sangat kelu dipaksakannya untuk mengucapkan permohonan ampunan terhadap Penciptanya yang Maha Pengampun. Kalimat-kalimat istighfar diucapkannya dengan sungguh-sungguh, dengan meneteskan air mata. Ia sangat berharap agar Allah sudi mengampuni segala dosa-dosa yang
telah ia lakukan.

Rindunya terhadap Allah yang telah mengaugerahinya banyak kenikmatan mulai tumbuh. Ia rindu sekali untuk segera bertemu denganNya. Rahmat dan keridloanNya amat dibutuhkan disaat- saat sekarang ini. Hatinya menjerit,

“Ya Allah ampunilah aku dan jemputlah aku dengan keridhoan-Mu. Ya Allah, hanya Engkau-lah Tuhanku, Tolonglah aku disaat-saat seperti ini dan jangan tinggalkan aku ditengah-tengah kesusahan ini …………..”.

Lalu Malaikat Maut mendatanginya dengan muka yang sangat menyeramkan, dari jurusan mulutnya untuk mengambil nyawanya. Tetapi ketika nyawa sang pengembara itu akan dicabut, dilihatnya dari mulutnya terdapat bekas-bekas dzikir yang sering diucapkannya ketika masih hidup. Kemudian Malaikat maut berpindah ke jurusan telinganya, dan ketika nyawanya akan dicabut, dilihatnya bekas-bekas pendengaran yang sering digunakan untuk mendengarkan ayat suci Al Qur’an. Malaikat itu tidak jadi mencabut nyawanya dan kembali ke langit melaporkan kejadian itu.

Kemudian Allah memerintahkan Malaikat maut untuk kembali mengambil nyawa sang pengembara itu, dengan rahmat dan keridhoan-Nya. Dengan rahmat Allah, Malaikat maut itu mencabut nyawa sang pengembara dengan lembutnya, dengan mendatangkan kebahagian dan senyuman sang pengembara yang tubuhnya telah kaku menjadi mayat …..

Mawar Berduri di Tepi Jurang

Diri saya..
Duri itu aturan Allah bagi saya.
Seperti duri bagi mawar, saya wanita dengan apa yg Allah mau sy lakukakan, saya akan lakukan.
Dengan apa yang Allah mau saya kenakan, saya akan kenakan.
Dengan apa yang Allah mau saya rasakan, saya akan rasakan.
Apa yang Allah mau saya katakan, saya akan katakan.
Apa yang Allah mau saya lakukan, saya akan lakukan.

Maka saya mawar berduri, dengan apa yang Allah mau.. Allah mau.. Allah mau.. ada pada diri saya.

Mengapa dikasih warna gelap di belakangnya? Saya tidak mau menjadi mawar yang berada di tengah taman. Kalau berada ditengah taman mudah orang memetik saya. Hanya ada denda 50 ribu atau 2 bulan kurungan lalu orang memetik saya dengan sangat mudah. Saya tidak mau seperti itu. Saya ingin menjadi mawar berduri ditepi jurang. Makanya saya warnai gelap dibelakangnya. Karena suatu saat nanti saya yakin kalau kelak ada seseorang yang ingin melamar saya atau ada lelaki yg ingin memetik saya dia pasti lelaki yang paling berani mengorbankan nyawanya untuk saya. Sebuah resiko besar ditepi jurang, nyawa bukan sekedar denda, bukan sekedar kurungan beberapa bulan.

(Ummu. ‘Seorang siswi kls 1 SMA saat menggambarkan Mawar berduri pada sebuah seminar’-1998 memiliki penyakit jantung, berkepribadian sederhana, PMDK fakultas kedokteran UI dan sekarang sudah menjadi Dokter Spesialis di Depok dan telah berkeluarga)

Dia menjadi indah karna dia tidak pernah memburukkan perkataannya. Dia akan menjawab yang terindah karna dia yakin Allah akan membantu urusannya, dia akan katakan yang terbaik karna dia yakin Allah aksn membantu mengindahkan cita-citanya. Seorang yang menjadi besar karna ia tidak pernah merasa kecil. Buat kita yang memiliki Allah Swt Yang Maha Kaya.. toh kita dekat dan lebih dekat dari urat nadi kita dengan Allah yg Maha Besar. Jadi kenapa kita harus takut dengan kekurangan kita. Kalau hari ini kita merasa tak berilmu, toh kita senantiasa dengan Allah yang Maha Tahu. Jadi kenapa kita harus takut dan tidak percaya diri dengan keadaan saat ini.

Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihi Salam yaitu dlm Surat yusuf ayat 1-5 beliau berkata :
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (Qs Yusuf :4)

Lalu ayat ke 6-99 itu hanya kisah perjuangan nabi Yusuf dia dimasukan ke dalam sumur, dia dijadikan budak, dia dimasukkan ke dalam penjara, di goda zulaikha, terus dan cobaan semua..

Sampai ayat ke seratus nabi yusuf diangkat menjadi raja. Lalu Nabi Yusuf as memanggil ayah dan saudara-saudaranya. Nabi Yusuf as dudukkan ayahnya disinggasananya, hingga Nabi Yusuf bilang “Ayahku ini mimpi yg dulu kukatakan kepadamu, dan sungguh Allah telah baik menjadikannya kenyataan. Maka kita beriman kepada Nabi Yusuf kita belajar dari Nabi Yusuf. Dan kisah Nabi Yusuf mengajarkan kita bahwa hidup bukan kemarin siapa kita lahir, apa latar belakang kita, dari mana kita dulu sekolah kuliah atau bekerja, tapi kisah hidup kita dimulai saat kita berani memulai apa mimpi kita, apa yang kita inginkan didepannya, dan kisah hidup kita hanya pantas di akhiri seperti Nabi Yusuf. Saat kita berhasil apa yang telah dapat kita gambarkan tadi dan kemudian kita katakan kepada orang-orang yang pernah kita katakan mimpi kita. Sungguh Allah telah baik menjadikannya kenyataan.

Jawabanku atas semua pertanyaan itu

Pergi dan biarkan aku

Rasanya seperti sebuah luka yang dibiarkan tanpa sedikitpun terobati, teracuhkan begitu saja. Sakit. Tapi aku bertahan. Waktu berlalu, luka itu masih tak terobati, hanya mengering diluar namun masih basah didalam. Hingga kini, pada akhirnya luka itu terbuka lagi, robek dan terkoyak sangat dalam, berkali-kali lebih dalam dari sebelumnya. Sakit. Sangat sakit. Ribuan kali lebih sakit dari sebelumnya. Rasanya seperti ada benda tajam yang sedikit demi sedikit, secara perlahan menggoresnya semakin dalam, bahkan hampir menusuk ke jantung. Tak bisa ku hentikan, sungguh tak bisa. Aku hanya membiarkannya. Tidak berusaha mencegahnya sekali pun. Aku hanya menunggu, menunggu benda itu menusuk tepat ke jantungku dan menghentikannya berdetak. Hanya itu dan aku akan puas.

Itu rasanya sahabat. Bukan, kawan. Bukan, Teman. Bukan, penjahat. Tentu bukan. Ah entahlah siapa kalian.

Luka itu ada jauh sebelum aku mengenal kalian. Bertahun-tahun lamanya. Terus tergores, dan aku tak mempedulikan itu, tapi sakitnya sungguh menyiksa. Banyak cara telah kucoba untuk mengobatinya, setidaknya menghilangkan rasa sakitnya. Tapi belum pernah sekalipun berhasil sampai aku bertemu kalian. Seketika, saat aku melihat wajah riang kalian, senyum yang begitu hangat, sikap lembut kalian, aku meleleh. Sakit itu hilang begitu saja. Luka itu tetap tergores, hanya saja sakitnya tidak terasa. Kalian seperti morfin yang disuntikkan ke pasien sebelum operasi agar mati rasa. Kalian seperti tabung oksigen yang dihirupkan ke orang yang sesak napas. Kalian seperti air yang menghilangkan kehausan. Itulah kalian buatku. Sejak saat itu, kalianlah alasanku tetap bertahan. Aku bersumpah pada diriku sendiri tidak akan membiarkan apapun terjadi pada kalian. Aku akan menjaga kalian semua.

Jujur, aku tak sanggup meninggalkan kalian dan melupakan semuanya. Aku tak mampu. Tapi, sejauh ini, selama aku disamping kalian, aku tak pernah melihat kalian berlaku yang sama terhadapku. Memang sebuah persahabatan, kebaikan tidaklah mengenal kata pamrih. Tapi aku butuh itu untuk menahan lukanya. Ya, aku egois. Itu benar. Selama ini aku selalu berpikir, akankah kalian datang padaku, melupakan semua tanggungjawab kalian, seperti yang aku lakukan saat aku rela datang jauh kerumah kalian atau ke tempat pertemuan dan meniggalkan semua tanggungjawabku, melupakan aku yang sedang sakit saat itu, akankah kalian begitu??? Dari kesimpulan yang kubuat, jawabannya selalu sama “Tidak”. Tapi waktu itu, aku masih percaya jawabannya “Akan”. Terus aku yakinkan diriku bahwa kalian akan seperti itu. Sekarang aku menyerah, itu bukan “Akan” tapi “Tidak” .

Waktu itu, aku menerima semua perlakuan kalian. Sikap manis, lembut, kasar, bahkan yang pahit dan menyakitkan pun aku terima tanpa sekalipun bersuara, marah, membentak kalian, dan membalasnya. Tidak pernah sama sekali. Aku dengan rela menerimanya. Karna kalian sudah berjasa menghilangkan sakit lukaku. Sekarang aku lelah. Bukan. Aku sudah terlalu lelah mendapatkan perlakuan kalian yang seperti itu. Aku memilih menyerah dan pergi. Walaupun aku harus merasakan sakitnya kembali, aku tak peduli. Aku lelah.

Sekarang, biarkan aku pergi. Sampai suatu saat nanti kalian hanya tinggal mendengar kabar kematianku. *Jika aku ingin kalian tahu* .

Dia, Aku, Kamu .

 

Benarkah dia lebih penting dariku bagimu?

Lihatlah . . .

Dia begitu bahagia atas kedatanganmu karna sesungguhnya itu yang dia inginkan.

Dia bahagia atas ucapan selamat darimu, semua rasa peduli mu itu .

Dia bahagia atas apa yang kau berikan .

Kau berhasil mencuri perhatiannya dan . . . kau berhasil membuatku terluka, lagi . .

Terima kasih, ku ucapkan terima kasih atas semua itu .

Kau sudah membuatnya bahagia, maka seharusnya aku juga bahagia .

Haiii . . . Welcome September ^^

 
 Mungkin September adalah . . . . .

Bulan yang dulu sering aku nantikan

Bulan yang aku harapkan cepat tiba

Bulan yang selalu kutunggu kehadirannya

Bulan yang mampu membuatku bahagia

Tapi itu dulu, tidak saat ini atau yang akan datang . . .

Kenapa? Apa alasannya?

Hmm, alasannya simple dan klasik

“Aku Terlalu Lelah Untuk Kecewa Lagi .”

Maka, sekarang aku tak lagi, tak ingin lagi mengharapkan apapun yang spesial di bulan ini

Hari ulang tahunku sudah ku anggap tak penting lagi

Jadi jangan ada apapun!

Kalaupun yang spesial itu tetap ada, itu percuma dan hanya sia-sia

Aku tidak akan mau!

Ini Aku, Ini Pilihanku . . .

 

Aku suka saat aku basah kuyup kehujanan dibanding duduk menggigil ketakutan

Aku suka saat meluapkan kekesalan dengan menyakiti diriku dibanding menahan emosi yang membuatku gila sendiri

Aku suka tetap terjaga hingga pagi dibanding hanyut dalam tidur yang membawaku pada mimpi buruk

Aku lebih suka pertengkaran dibanding kedamaian yang membuatku kesepian

Aku lebih suka menyendiri dibanding berada di keramaian namun tak ada seorang pun yang memperhatikan

Aku memilih tertawa diatas tangis dibanding sedih karna bahagia

Aku lebih baik diam dan memperhatikan dibanding berbicara tapi tidak dipedulikan

Aku lebih baik pergi daripada datang tapi tak di anggap

Tapi aku tak tahu apakah aku ingin hidup sengsara atau mati bahagia

Yang aku inginkan hanya hidup & mati bahagia :’)